Tito soal Pembubaran Menwa Masih Banyak yang Positif Perlu Dikaji

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menanggapi munculnya desakan pembubaran Resimen Mahasiswa (Menwa) buntut peristiwa meninggalnya seorang mahasiswa Sekolah Vokasi UNS saat mengikuti Diklatsar Korps Mahasiswa Siaga 905 Jagal Abilawa.

Tito menuturkan jika kebijakan untuk membubarkan Menwa perlu kajian secara menyeluruh termasuk salah satunya dengan melihat kasus di UNS kemarin.

"Ini kita kaji. Ini case terjadi kasuistis saja atau case karena sistemnya. Kalau kasuistis saja tidak perlu yang lain-lain (pembubaran), hanya jadi warning kepada Menwa yang lain agar tidak terulang kejadian yang sama," kata Tito di Gedhong Pracimantoro, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (1/11).


Tito menyebut manakala ditemukan bahwa kekerasan memang jadi budaya laten dalam Menwa maka pihaknya akan berupaya membenahi sistem itu. Salah satu caranya dengan mempertemukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bersama perwakilan Menwa.

"Kalau ada masalah sistem, kekerasan yang dilakukan secara sistematis dan masif misalnya, maka kita harus perbaiki sistemnya. Dengan rapat dengan Kemendikbud dan perwakilan Menwa agar mereka memperbaiki sistemnya," imbuh Mantan Kapolri itu.

Dalam prosesnya, kata Tito, tentu kajian juga tak akan serta merta mengesampingkan kontribusi positif menwa selama ini. Termasuk perannya dalam kerja sosial kemasyarakatan.

"Menwa banyak yang positif juga, jadi jangan lihat satu kasus saja. Banyak mereka terlibat kerja sosial, penanggulangan bencana, macem-macem, banyak sekali," pungkasnya.

Seorang mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Gilang Endi Saputra, meninggal dunia setelah mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) di Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Hasil autopsi mengungkap dugaan kematian Gilang akibat menerima pukulan benda tumpul sehingga mati lemas.

Sementara Polresta Surakarta menaikkan status dari penyelidikan ke penyidikan untuk kasus ini, desakan pembubaran Menwa kepada Pemerintah terus bermunculan. Di antaranya dari Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) hingga Ketua MPR Bambang Soesatyo.

Tolak Bubarkan Menwa

Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) tegas menolak jika Korps Mahasiswa Siaga 905 Jagal Abilawa (nama resmi Menwa UNS) dibubarkan karena kasus meninggalnya Gilang Endi Saputra saat Diklatsar Minggu (24/10) lalu.

Menurut Ketua Dewan Pengurus Provinsi (DPP) IARMI Jawa Tengah, Chrisno Haribowo pembubaran Menwa bukan solusi yang tepat. Meski demikian ia mendukung penuh polisi untuk menindak oknum yang melakukan tindak kekerasan.

"Saya nomor satu menolak (pembubaran). Pasti itu. Kalau terjadi kesalahan ya diperbaiki. Kalau ada oknum yang melakukan kekerasan ya harus kita tindak," katanya saat ditemui di HUT ke-41 IARMI di Pendapi Gedhe, Balai Kota Solo, Sabtu (30/10) malam.

Selain itu, Chrisno menganggap aneh desakan publik untuk membubarkan Menyusul kasus Diklatsar di UNS. Pasalnya selama ini Menwa sudah banyak berjasa untuk tanah air. Ia mengatakan Menwa sering mengadakan kegiatan sosial di berbagai daerah. Tak hanya itu, Menwa juga berulang kali terlibat dalam berbagai operasi militer.

"Kami pernah ditugaskan di Timur Tengah, kami juga pernah ditugaskan di Timor Timur. Kami bertugas di mana-mana," katanya.

Chrisno membantah adanya budaya kekerasan dalam tradisi Menwa. Ia mengakui pendidikan di Menwa menuntut fisik yang kuat mengingat Menwa disiapkan untuk terjun ke medan tempur.

(kum)

[Gambas:Video CNN]

0 Response to "Tito soal Pembubaran Menwa Masih Banyak yang Positif Perlu Dikaji"

Post a Comment