Walau Sudah Dibina Tapi Anak-anak Tetap Jualan Tisu KPPAD Bali Harap Ada Awig-awig Desa yang Ngatur

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR â€" Hidup serba kesusahan membuat sekelompok anak-anak menjadi pedagang asongan di beberapa traffic light Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Mereka biasanya menjual tisu dan jepit rambut wanita.

Di tengah teriknya matahari tak jarang mereka banyak ditemui dan mulai menjajakan dagangannya berbarengan ketika traffic light menunjukkan tanda kendaraan berhenti atau lampu merah.

Salah satu anak yang tribunbali.com ditemui sebut saja namanya Indah.

Baca juga: Anak-Anak Penjual Tisu di Lampu Merah Denpasar Kian Bertambah, Cok Ace: Akan Jadi Apa Mereka Nanti

Ia mengatakan masih bersekolah dan saat ini tengah duduk dibangku Sekolah Dasar yakni kelas 3.

Indah mengatakan bahwa asalnya dari Kabupaten Karangasem dan ia tinggal di Ubung.

Ketika disinggung mengenai orangtuanya, Indah mengaku hanya ingin mencari uang sendiri sambil mengisi kekosongan usai belajar di sekolah.

Mengenai hal tersebut, Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali soroti maraknya anak-anak penjual tisu yang jumlahnya kian meningkat pasca pandemi Covid-19.

Komisioner KPPAD Bali Divisi Informasi dan Sosialiasi Bidang Pendidikan dan Kebudayaan I Made Ariasa ketika ditemui mengatakan, bahkan orangtua tetap mempekerjakan anak-anaknya setelah dibina oleh Satpol PP atau diberi pelatihan oleh Dinsos.

0 Response to "Walau Sudah Dibina Tapi Anak-anak Tetap Jualan Tisu KPPAD Bali Harap Ada Awig-awig Desa yang Ngatur"

Post a Comment